INDIGO
Berikut
adalah 10 penderitaan yang harus ditanggung oleh anak Indigo sebagai resiko
keindigoannya. Dampaknya bisa dikurangi apabila mendapatkan bimbingan dan
penyembuhan yang tepat. Bagi sebagian anak Indigo proses penyembuhan bisa
dilakukan sendiri tanpa bantuan orang lain.
1. Sakit
kepala yang hebat
Hampir semua
indigo pernah mengalami sakit kepala yang hebat. Hal ini disebabkan proses
berpikir yang keras tanpa dikehendaki, banyak hal yang ingin dilakukan tapi
tidak bisa diatasi, dan pikiran yang terlalu luas memasuki hal-hal yang tidak
bisa disentuh oleh pemikiran manusia pada umumnya. Kondisi ini memerlukan
energi besar dan proses berpikir yang berat.
Terapi obat
mungkin bisa membantu, tetapi bersifat non permanen dan beresiko kelebihan
pemakaian karena penggunaan yang terus-menerus. Meditasi dan perbaikan
aura cakra adalah terapi terbaik, selain bisa dilakukan sendiri juga mempunyai
resiko yang lebih ringan. Mungkin juga perlu belajar memperlambat detak
jantung dan menurunkan tekanan darah.
2. Susah
tidur
Suara-suara
yang mengganggu, penampakan-penampakan, melihat penderitaan alam, sukma yang
berjalan kemana-mana, dan pemikiran-pemikiran idealis yang menuntut perwujudan
membuat seorang anak indigo susah untuk tidur. Walaupun mata terpejam
tetapi tetap mendengar dan berpikir.
Anak Indigo
harus belajar untuk sering berkoneksi dengan Tuhan lebih intensif dan berpasrah
dengan segenap jiwa kepada-Nya. Lepaskan semua beban pikiran, mintalah
pentunjuk dan serahkan kepada-Nya untuk menyelesaikan.
3. Lambung
yang lemah
Salah satu
organ tubuh yang paling menderita disebabkan stress karena berpikir dengan
berat adalah lambung. Lambung yang lemah akan bereaksi negatif berupa
produksi asam lambung yang berlebihan pada saat anak Indigo stress. Makan
obat sakit lambung secukupnya dan perbanyak ibadah serta lakukan meditasi untuk
penenangan.
4. Empati
yang menyakitkan
Tidak mudah
untuk berempati terhadap penderitaan orang lain, atau alam yang sedang
dizholimi oleh manusia-manusia jahat dan serakah, sedangkan sedikit yang bisa
dilakukan untuk memperbaiki keadaan buruk itu. Rasa empati ini sering kali
berakibat buruk kepada anak Indigo. Disebabkan kepekaan yang berlebihan
pada anak Indigo, rasa empati yang mendalam bisa menjadikan dirinya ikut
menderita. Rasa empati terhadap orang yang sakit bisa membuat anak Indigo
menderita penyakit yang sama, seperti terjadi penularan walaupun bukan penyakit
yang menular.
Untuk
mengurangi efek negatif rasa empati yang mendalam ini sebagian anak Indigo
mengambil sikap tidak acuh yang berlebihan. Sehingga mereka tampak sebagai
anak yang tidak peduli lingkungan sosial dan tidak mau bergaul.
Sebaiknya
rasa empati disalurkan ke dalam bentuk tindakan langsung seperti mengobati
orang yang sakit atau berdoa kepada Tuhan untuk kesembuhan dan kebaikan orang
lain. Penyaluran energi dalam bentuk kepasrahan kepada Tuhan adalah jalan
yang paling efektif.
5. Rasa
marah yang mendesak
Rasa marah
melihat perilaku manusia yang buruk dan jahat adalah alasan utama seorang anak
Indigo ingin menunaikan kewajibannya. Rasa marah ini kemudian berwujud
menjadi semangat yang besar untuk mengubah keadaan menjadi lebih
baik. Bagi anak Indigo yang belum menemukan jati dirinya, biasanya rasa
marah ini bisa berakibat buruk terhadap perilakunya kepada orang di
sekitarnya. Perlawanan dan protes-protes akan selalu ditunjukkannya kepada
orang di sekelilingnya, seperti orang tua, saudara-saudaranya dan guru di
sekolah yang tidak memahami keadaannya.
6. Kepribadian
yang berubah-ubah
Persinggungan
anak Indigo dengan dimensi supranatural yang terlalu sering dan mendalam
mengakibatkan pengaruh negatif berupa “jejak yang tertinggal”. Hal ini
semacam sisa-sisa efek elektromagnetik pada sel-sel otak. Jejak-jejak
dimensi lain ini kemudian akan berulang berupa “kunjungan-kunjungan” yang
berlanjut.
Karena suara
dari dimensi lain itu datang berupa gelombang yang kemudian ditafsirkan sebagai
suara di dalam batin, seringkali anak Indigo mengalami efek kebingungan berupa
kepribadian ganda. Bahkan seringkali antar “pribadi” terjadi pertentangan
pendapat dalam menghadapi suatu permasalahan.
Untuk
mengatasi hal ini anak Indigo harus mempertajam indera keenamnya untuk
membedakan setiap “pribadi” yang datang. Mungkin diri anak indigo akan
menjadi sebuah forum pertemuan berbagai “pribadi”, namun sebagai pribadi yang
bebas seorang anak Indigo harus mampu mandiri dan mempunyai pandangan atau
keyakinan sendiri yang kuat. Jadikan setiap informasi yang datang sebagai
pengetahuan dan dimanfaatkan seperlunya sesuai dengan kebutuhan.
7. Dilematis
Ada sebagian
anak Indigo – umumnya yang sudah menginjak remaja – yang mengalami kebingungan
untuk memilih antara dua hal, apakah akan terus menjadi anak Indigo dengan
segala atribut dan tanggung jawabnya atau berusaha memadamkan keindigoannya dan
tidak peduli dengan apa pun yang terjadi di sekitarnya. Kedua pilihan itu
sama-sama tidak enak, terlebih-lebih kalau harus memadamkan keindigoan
sedangkan tuntutan tanggung jawab terus mengejar-ngejar. Bisa-bisa hidup
seorang Indigo akan dihantui perasaan bersalah sampai dewasanya.
8. Cap
“aneh”
Cap “aneh”
sebetulnya hal lumrah bagi seorang Indigo. Tetapi stempel “aneh” ini akan
menjadi permasalahan serius bagi anak-anak yang belum bisa menerima penolakan
lingkungan. Perlu pengertian orang tua dan orang di sekitarnya untuk tidak
terlalu memposisikan anak Indigo sebagai “alien” di lingkungannya sendiri.
9. Dijauhi
teman-teman
Beberapa
anak Indigo dijauhi dalam pergaulan teman sebayanya karena dia lebih sering
menjadi “orang tua” bagi teman-temannya, ketimbang sebagai teman
bermain. Peringatan-peringatan, nasehat dan larangan-larangan membuat
anak-anak lain jengkel dan menjauh.
Walaupun
kesendirian lebih disukai oleh anak Indigo daripada berkumpul dengan
teman-temannya, sebaiknya dia tetap harus bersosialisasi dengan tetap
bersekolah dan bermain bersama keluarga.
Bagi para
orang tua dan guru anak-anak Indigo hendaknya memahami bahwa anak Indigo
mempunyai kondisi kejiwaan yang khusus. Pemahaman orang-orang di
sekitarnya atas keadaan mereka akan sangat membantu penyembuhan luka batin yang
dialaminya. Menjadi tanggung jawab kita bersama menghantarkan mereka
menuju keberhasilan hidup di masa dewasanya kelak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar